Friday, October 2, 2015

Janggut Tebal Bisa Jadi Tempat Berkembangnya Kuman

Tidak Sedikit laki-laki tabita skin care yg waktu ini gemar menumbuhkan janggut di wajahnya. Janggut benar-benar sanggup menciptakan satu orang laki-laki nampak lebih berkharisma. Bahkan aktor Ben Affleck mengemukakan janggut miliknya jadi semacam "jimat keberuntungan" di arena Oscar.

Walaupun begitu, sekian banyak ahli menyampaikan bahwa janggut tak lebih dari satu buah 'spons bakteri', sebab penuh dgn ribuan bakteri & ruang berkembangnya kuman.

Carol Walker, ahli dermatologi yg tidak sedikit meneliti rambut & kulit kepala, mengemukakan mempunyai rambut di wajah dapat menyebabkan infeksi kulit amat sering & beresiko utk mentransfer kuman ke orang lain.

"Jenggot, terutama bila rambutnya ikal, dapat memudahkan kuman utk berkembang biak dgn segera, dikarenakan rambut terhadap wajah bakal menjebak kotoran & kuman dgn lebih gampang," menurutnya.

Kutikula terhadap rambut berbentuk seperti lapisan ubin kepada atap, maka dapat menerangkap kuman & minyak dgn lebih enteng. Tidak Cuma itu rambut disekitar lubang hidung & mulut adalah salah satu yg disukai bakteri.

Tradisi yg salah, contohnya memegang-memegang janggut bersama tangan kumuh, pula bakal menyebarkan bakteri ke mulut. Belum lagi kalau ada sisa makanan terjebak dalam janggut. Perihal lain yg butuh diwaspadai ialah, disaat sedang flu & ebrsin, sebahagian kuman serta dapat tinggal di dalam janggut.

Infeksi kulit pula mampu disebabkan dikarenakan eksim dari bakteri yg terdapat dalam janggut Kamu.

Jenggot bekerja sbg isolator. Kalau terdapat lipatan dibawah dagu, kulit dapat mengalami kemerahan akibat keringat yg mengandung kotoran & bakteri terjebak di dalam jenggot.

Bukti ilmiah menunjukkan bahwa jenggot akan menyebarkan infeksi, kata Dr Ron Cutler, dari Queen Mary, University of London.

"Itulah kenapa teramat mutlak bagi para laki-laki utk rajin membersihkan wajah dengan cara rutin, khusunya bagi yg mempunyai," jelasnya.

Manuel Barbeito, seseorang ahli mikrobiologi di Angkatan Darat AS kepada th 1960, menemukan kuman sanggup masih tersebar biarpun para pekerja di laboratorium sudah memakai mantel & sepatu. Dirinya menduga penularan ini berasal dari jenggot.

Dengan Cara teori jenggot ialah ruangan berkembang biak yg ideal bagi kuman, maka dirinya penasaran buat mengetahui apakah dapat ada lebih tidak sedikit lagi bakteri & virus yg sanggup disebarkan oleh para pekerja laboratorium yg mempunyai jenggot.

Dirinya meminta karyawannya buat menebalkan jenggot mereka & seterusnya disemprot bersama bakteri non-infeksi. Dirinya menemukan bahwa bakteri itu sebenarnya melekat terhadap jenggot, & bersama mencuci jenggot tak membuatnya bebas dari bakteri.

"Meskipun pembersihan dapat mengurangi jumlah kuman kepada jenggot, tapi binantang mungil yg tinggal di dalam jenggot dapat terus ada & seandainya dibiarkan dengan cara terus-menerus factor ini bakal membuahkan sebuah penyakit", jelasnya

No comments:

Post a Comment